SISTEM GERAK
I.
RANGKA
TUBUH
Tulang-tulang di dalam
tubuh membangun rangka (skeleton). Rangka
pada tubuh hewan vertebrata dan manusia ditutupi oleh otot dan kulit, sehingga
disebut endoskeleton (rangka dalam).
Rangka manusia merupakan alat gerak pasif yang akan digerakkan oleh otot. Rangka
pada manusia dewasa tersusun dari 206 tulang dengan berbagai macam bentuk dan
ukuran. Tulang-tulang tersebut tersusun dari jaringan tulang keras maupun
jaringan tulang rawan. Rangka memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Memberi
bentuk dan postur tubuh. Seseorang akan terlihat tinggi atau pendek karena
susunan rangkanya.
2. Melindungi
organ-organ yang lunak, misalnya otak, sumsum tulang belakang, paru-paru,
jantung, dan lain-lain.
3. Penyangga
berat badan, misalnya tulang leher, tulang belakang, dan tulang pelvis.
4. Tempat
melekatnya otot-otot rangka (otot lurik).
5. Mendukung
terjadinya gerakan. Dengan adanya persendian, kerja sama otot dan sistem saraf,
memungkinkan tulang dapat digerakkan.
6. Hematopoiesis,
yaitu pembentukan sel-sel darah putih (leukosit), sel darah merah (eritrosit),
dan keeping-keping darah (trombosit) di sumsum merah. Sumsum merah terdapat di
dalam tulang belakang, tulang dada, tulang rusuk, tulang belikat, tulang pipih,
dan ujung tulang panjang.
7. Tempat
penyimpanan mineral.
8. Tempat
penyimpanan energy, yaitu simpanan lemak di sumsum kuning
9. Fungsi
imunologis, yaitu menghasilkan sel-sel imunitas di dalam sumsum, misalnya
limfosit B yang menghasilkan antibodi dan limfosit T yang membantu pertahanan
pertahanan terhadap infeksi.
Rangka
tubuh manusia dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu rangka aksial (rangka sumbu tubuh) dan rangka apendikuler (rangka pelengkap
atau anggota gerak tubuh)
A.
Rangka
Aksial (Rangka Sumbu Tubuh)
Rangka aksial adalah
rangka pada sumbu tubuh, memiliki 80 buah tulang yang meliputi tulang
tengkorak, tulang telinga dalam dan hyoid, tulang belakang, tulang dada, serta
tulang rusuk (iga).
1.
Tulang
Tengkorak
Tulang tengkorak
berjumlah 22 buah. Tulang tengkorak berfungsi melindungi otak, organ
pendengaran, dan organ penglihatan. Tulang tengkorak dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu tulang kranial (tulang
tempurung kepala) dan tulang fasial
(tulang wajah). Tulang kranial membentuk tempurung kepala, sedangkan tulang
fasial memberi bentuk mata, hidung, pipi, dan rahang. Tulang-tulang tengkorak
yang bersambungan dan tidak dapat digerakkan disebut sutura. Terdapat tiga bentuk sutura, yaitu:
·
Sutura
serrate, bagian tepi dari masing-masing tulang bergerigi
seperti gergaji yang berhimpitan.
·
Sutura
skuamosa, bagian tepi dari masing-masing tulang menipis dan
saling menutupi.
·
Sutura
harmoniana (sutura plana), bagian tepi dari masing-masing
tulang berbentuk lurus.
2.
Tulang
Telinga Dalam dan Tulang Hioid
Di dalam tengkorak,
terdapattulang telinga dalam, berukuran kecil dan berfungsi untuk menerima dan
mentransmisikan impuls suara. Tulang telinga dalam berjumlah 3 pasang, yaitu 1
pasang tulang maleus, 1 pasang tulang inkus, dan 1 pasang tulang stapes. Selain itu, terdapat
pula tulang hyoid, yaitu tulang
berbentuk huruf U yang terletak di antara laring dan mandibula, berfungsi
sebagai tempat melekatnya otot mulut dan lidah sehingga dapat membantu proses
menelan.
3.
Tulang
Belakang (Kolumna Vetebra)
Tulang belakang tersusun
dari 26 ruas yang yang masing-masing dihubungkan oleh cakram tulang rawan
fibrosa, yang memungkinkan tulang untuk tegak dan membungkuk. Cakram tersebut
juga berfungsi menahan guncangan ketika menggerakkkan badan, misalnya saat berlari
dan melompat. Di bagian sebelah depan dan sebelah belakang cakram, terdapat
serabut-searbut kenyal yang menyokong posisi ruas tulang belakang. Di bagian
tengah sebelah dalam ruas-ruas, terdapat saluran sumsum tulang belakang yang
berisi sumsum tulang belakang.
Tulang belakang
memiliki fungsi sebagai berikut:
·
Menopang kepala dan bagian tubuh
lainnya.
·
Melindungi organ dalam tubuh.
·
Tempat melekatnya tulang rusuk.
·
Menentukan sikap tubuh.
4.
Tulang
Dada (Sternum) dan Tulang Rusuk (Kosta)
Tulang dada dan rusuk
berfungsi melindungi paru-paru dan jantung. Tulang dada berbentuk pipih dan
melebar serta berhubungan dengan tulang rusuk melaui sambungan tulang rawan. Tulang
bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang melalui
persendian. Perhubungan tersebut memungkinkan tulang rusuk dapat bergerak
kembang-kempis sesuai dengan irama pernapasan.
Tulang dada berjumlah 1 buah, terdiri
atas tiga bagian, yaitu:
·
Manubrium
sterni (kepala tulang dada), membentuk persendian dengan
tulang selangka, klavikula, dan tulang rusuk pertama.
·
Korpus
sterni (badan tulang dada), membentuk persendian dengan Sembilan
tulang rusuk berikutnya.
·
Proseus
xifoid (tulang taju pedang), tulang yang masih berbentuk
tulang pada bayi.
Tulang
rusuk berjumlah 12 pasang di sebelah kiri dan kanan. Tulang rusuk dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu:
·
Tulang
rusuk sejati. Bagian ujung depan melekat pada tulang
dada, sedangkan bagian belakang melekat pada ruas tulang belakang di bagian
punggung.
·
Tulang
rusuk palsu. Bagian ujung depan melekat pada tulang
rusuk di atasnya, sedangkan bagian belakang melekat pada ruas tulang belakang
di bagian punggung.
·
Tulang
rusuk melayang. Bagian ujung depan tidak melekat pada
tulang manapun, sedangkan bagian belakang melekat pada ruas tulang belakang di
bagian punggung.
B.
Rangka
Apendikular (Rangka Pelengkap atau Anggota Gerak Tubuh)
Rangka apendikular
berjumlah 126 buah, meliputi gelang bahu (pectoral), anggota gerak atas
(ekstremitas superior), gelang panggul (pelvis), dan anggota gerak bawah
(ekstremitas inferior).
1.
Gelang
Bahu (Pektoral)
Gelang bahu merupakan
persendian yang menghubungkan lengan dengan badan. Gelang bahu tersusun dari
dua macam tulang, yaitu:
·
Scapula
(tulang belikat), berbentuk pipih hamper segitiga, dan memiliki tonjolan
berbentuk seperti paruh gagak. Scapula terdapat di bagian punggung sebelah luar
atas dan berfungsi sebagai tempat perlekatan sebagian otot dinding dada dan
lengan.
·
Klavikula
(tulang selangka), berbentuk panjang sedikit bengkok hamper menyerupai huruf S,
berfungsi sebagai tempat melekatnya otot leher, toraks, punggung, dan lengan.
2.
Anggota
Gerak Atas
Anggota gerak atas
tersusun atas:
·
Humerus
(tulang pangkal lengan), berbentuk panjang sperti tongkat, bagian ujung yang
berhubungan dengan bahu membentuk kepala sendi yang bundar disebut kaput
humeri.
·
Radius
(tulang pengumpil), berbentuk panjang, terletak lateral sejajar dengan ibu
jari. Bagian dataran sendi yang menghubungkan radius dan humerus berbentuk
bundar, sehingga lengan bawh dapat berputar atau telungkup.
·
Ulna
(tulang hasta), berbentuk panjang, dan merupakn tulang bawah yang lengkungnya
sejajar dengan jari kelingking.
·
Karpal
(tulang pergelangan tangan), terdiri atas 8 tulang yang tersusun dalam dua
baris.
·
Metacarpal
(tulang telapak tangan), terdiri atas tulang pipa pendek berjumlah 5 buah dan
berhubungan dengan tulang pergelangan tangan dan tulang jari.
·
Falangus
(tulang jari tangan), tersusun dari tulag pipa pendek, berjumlah 14 buah.
3.
Gelang
Panggul
Gelang panggul terdiri
atas tiga pasang tulang yang berasatu, yaitu tulang usus (tulang ilium), tulang
kemaluan (pubis), dan tulang duduk (iskium). Gelang panggul berfungsi untuk
menyangga berat tubuh, serta melindungi bagian dalam rongga pelvis yang berisi
organ kandung kemih dan alat-alat kandungan pada wanita.
4.
Anggota
Gerak Bawah
Anggota gerak bawah terdiri atas :
·
Femur
(tulang paha) merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar. Pangkal tulang dekat
dengan gelang panggul membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris.
·
Tibia
(tulang kering) merupakan tulang pipa terbesar setelah tulang paha, ikut
menopang berat tubuh, bagian pangkal membentuk persendian lutut dengan femur,
dan pada bagian ujung bawah terdapat tonjolan yang disebut maleous lateral.
·
Patella
(tulang tepurung lutut) merupakan tulang pipih berbentuk segitiga yang sudutnya
membulat.
·
Tarsal
(tulang pergelangan kaki) terdiri atas 7 tulang kecil pada setiap kaki.
·
Metatarsal
(tulang telapak kaki) terdiri atas 5 tulang pipa berbentuk bulat panjang.
·
Falangus
(tulang jari kaki) terdiri atas tulang pendek berjumlah 14 buah pada setiap
kaki
Sumber : https://youtu.be/h5dYvPruBFY
II.
TULANG
A.
Struktur
Tulang
1. Periosteum,
lapisan terluar tulang yang terdiri atas dua lembar jaringan ikta.
2. Tulang kompak,
merupakan lapisan yang teksturnya halus, padat, sedikit berongga dan sangat
kuat.
3. Tulang spons,
merupakan lapisan yang teksturnya berongga dan berisi sumsum merah.
4. Endosteum,
jaringan ikat areolar vaskuler yang melapisi rongga sumsum.
5. Sumsum tulang,
merupakan lapisan paling dalam yang berbentuk jeli, berfungsi untuk memproduksi
sel-sel darah merah, darah putih, dan keeping darah.
B.
Bentuk
Tulang
1. Tulang pipa (tulang pajang),
berbentuk silindris panjang, memiliki bagian epifisis, diafisis, metafisis dan
cakra epifisis. Berfungsi untuk menahan berat tubuh dan membantu pergerakan.
2. Tulang pendek,
berukuran pendek dan berbentuk kubus, serta tersusun dari tulang spons dan lapisan
tipis tulang kompak.
3. Tulang pipih,
berbentuk lempengan dari tulang kompak dan tulang spons yang berisi sumsum.
Berfungsi memperluas permukaan untuk perlekatan otot dan memberikan
perlindungan.
4. Tulang tidak beraturan,
tulang yang bentuknya tidak beraturan, tersusun dari tulang spons dan lapisan
tipis tulang kompak.
5. Tulang sesamoid,
tulang berukuran kecil bulat yang terdapat pada formasi persendian.
III.
SENDI
A.
Struktur
Persendian
Komponen penunjang persendian:
1. Ligament,
merupakan jaringan ikat fibrosa yang berfungsi mencegah pergerakan sendi secara
berlebihan dan membantu tulang pada posisi asalnya setelah melakukan
pergerakan.
2. Kapsul
sendi, struktur tipis tapi kuat di dalam sendi yang berperan untuk menahan
ligament. Terdiri dari dua lapisan:
a. Kapsul
synovial merupakan jaringan fibrololagen agak lunak yang tidak memiliki saraf
reseptor dan pembuluh darah.
b. Kapsul
fibrosa, berupa jaringan fibrosa yang keras serta memiliki saraf reseptor dan
pembuluh darah.
3. Cairan
synovial, Merupakan cairan pelumas sehingga gesekan berjalan lancer, halus dan
tidak menimbulkan rasa nyeri atau sakit.
4. Tulang
rawan hialin, terdapat di bagian ujung tulang, berwarna agak bening, kebiruan
dan mengkilap.
5. Bursa
merupakan kantong tertutup yang dilapisi membrane synovial.
B.
Tipe
persendian
·
Berdasarkan strukturnya, dibagi 3 yaitu:
a. Persendian
fibrosa, yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh oleh
jaringan ikat fibrosa.
b. Persendian
kartilago, yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh
oleh jaringan kartilago.
c. Persendian
synovial, yaitu persendian yang memiliki rongga sendi dan diperkokoh oleh
jaringan ikat ligament dan kapsul sendi.
·
Berdasarkan gerakannya, dibagi 3 yaitu:
a. Sendi
sinartrosis (sendi mati) adalah sendi yang tidak dapat digerakkan karena tidak
memiliki celah sendi dan dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa atau
kartilago. Jenis sendi sinartrosis yaitu:
1) Sinartrosis
sinfibrosis adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa
berebntuk serabut yang mengalami penulangan.
2) Sinartrosis
sinkondrosis adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan tulang rawan
(kartilago) hialin.
b. Sendi
amfiartrosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas akibat tekanan.
Jenis-jenis sendi amfiartrosis yaitu:
1) Simfisis,
sendi yang dihubungkan oleh kartilago serabut.
2) Sindemosis,
sendi yang dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligament.
3) Gomposis,
merupakan sendi pada tulang berbentuk kerucut yang masuk ke dalam kantong
tulang.
c. Sendi
diartrosis adalah sendi yang dapat bergerak bebas. Tipe-tipe sendi ini yaitu:
1) Sendi
engsel, bergerak ke satu arah seperti pintu.
2) Sendi
peluru, memiliki gerak bebas ke segala arah.
3) Sendi
pelana, bergerak bebas seperti gerakan orang mengendarai kuda.
4) Sendi
putar, bergerak dengan pola rotasi dan memiliki satu poros.
5) Sendi
luncur, gerakan menggeser, tidak berporos dan memiliki ujung tulang yang agak
rata.
6) Sendi
kondiloid, gerakan ke kiri dan ke kanan atau ke depan dan ke belakang.
Sumber : https://hisham.id/2015/06/apakah-fungsi-sendi-pada-manusia.html
Sumber : https://hisham.id/2015/06/apakah-fungsi-sendi-pada-manusia.html
IV.
OTOT
RANGKA
Otot rangka adalah otot yang melekat pda
tulang dan dapat bergerak secara aktif untuk menggerakkan tulang sehingga
disebut alat gerak aktif. Fungsi otot rangka adalah sebagai berikut:
1. Pergerakan.
2. Menopang
dan mempertahankan postur tubuh.
3. Produksi
panas.
4. Kontraktilitas.
5. Eksitabilitas.
6. Ekstrensibilitas.
7. Elastisitas.
A.
Struktur
Otot Rangka
Area
otot rangka terdiri atas kepala otot (muskulus kaput), empal otot (muskulus
venter), dan ekor otot (muskulus kaudal). Kepala otot dan ekor otot merupakan
jaringan ikat padat kuat yang disebut tendon. Tendon adalah tempat melekatnya
otot pada tulang. Tendon dibagi menjadi dua jenis, yaitu origo dan insersio.
Empal otot merupakan area otot bagian tengah yang bentuknya menggembung.
Secara keseluruhan otot
dibungkus oleh selapis jaringan ikat agak padat yang disebut epimisium.
Epimisium dapat dilihat dengan mata dan tampak seperti selubung putih. Di dalam
epimisium terdapat beberapa berkas serat-serat otot yang disebut fasikulus.
Setiap fasikulus dibungkus oleh selubung tipis perimysium. Sel serat otot secara individual dibungkus
oleh jaringan ikat halus endomisium. Dibawah endomisium terdapat membrane sel
otot yang disebut sarkolema.
B.
Mekanisme
Kerja Otot
1. Komponen
Struktur Otot yang Berperan dalam Kerja Otot
·
Myofibril, berbentuk seperti silindris
yang memanjang sepanjang otot lurik dan mengandung filament aktin dan myosin.
·
Sarkomer, unit structural dan fungsional
terkecil dari kontraksi otot pada myofibril.
·
Aktin, filament kontaktil yang tipis
serta memiliki sisi aktif dan situs pengikatan.
·
Myosin, protein filament yang lebih
tebal dan memiliki penonjolan yang dikenal dengan kepala myosin.
·
Tropomiosin, sebuah protein aktin
pengikat yang mengatur kontraksi otot.
·
Troponin, protein kompleks yang melekat
pada tropomiosin.
2. Sumber
Energi untuk Gerak Otot
·
ATP
·
Keratin fosfat
·
Glikogen
3. Tahapan
Mekanisme Kerja Otot
·
Impuls saraf tiba di neuromuscular
junction, mengakibatkan pembebasan asetilkolin. Kehadiran asetilkolin memicu
depolarisasi yang kemudian menyebabkan pembebasan ion Ca2+ dari reticulum
sarkoplasma.
·
Meningkatnya ion Ca2+ menyebabkan ion
ini terikat pada troponin, sehingga mengakibatkan perubahan struktur troponin
tersebut. Perubahan struktur troponin karena terikatnya ion Ca2+ akan
menyebabkan terbukanya daerah aktif tropomiosin yang semula tertutup oleh
troponin. Hal tersebut membuat kepala myosin mampu berikatan dengan filament aktin
dan membentuk aktimiosin.
·
Perombakan ATP akan membebaskan energy yang
dapat menyebabkan myosin mampu menarik aktin ke dalam dan juga melakukan
pemendekan otot. Hal ini terjadi di sepanjang myofibril pada sel otot.
·
Myosin akan terlepas dari aktin dan
jembatan aktomiosin akan terputus ketika molekul ATP terikat pada kepala myosin.
Pada saaat ATP terurai, kepala myosin dapat bertemu lagi dengan aktin pada
tropomiosin.
·
Proses kontraksi otot dapat berlangsung
selama terdapat ATP dan ion Ca2+. Pada saat impuls berhenti, ion Ca2+ akan
kembali ke reticulum sarkoplasma. Troponin akan kembali ke kondisi semula dan
menutupi daerah tropomiosin, sehingga menyebabkan otot berelaksasi.
C.
Sifat
Kerja Otot
1. Otot
antagonis adalah otot yang bekerja saling berlawanan, sehingga menghasilkan
gerakan yang berlawanan. Contohnya otot bisep dan otot trisep. Gerakan antagonis
pada tubuh, antara lain:
a. Ekstensi
(meluruskan) dan fleksi (membengkokkan), misalnya gerakan otot trisep dan otot
bisep untuk mengangkat dan menurunkan lengan bawah.
b. Abduksi
(menjauhi badan) dan adduksi (mendekati badan), misalnya gerakan tangan sejajar
bahu dan sikap sempurna (tangan ke bawah).
c. Depresi
(ke bawah) dan elevasi (ke atas), misalnya gerakan kepala menunduk dan
menengadah.
d. Supinasi
(menengadah) dan pronasi (menelungkup), misalnya gerakan telapak tangan
menengadah dan gerakan telapak tangan menelungkup.
e. Inversi
adalah gerak memutar kaki kea rah dalam tubuh sehingga sisi medial telapak kaki
terangkat (kombinasi supinasi dan adduksi). Eversi adalah gerak memutar kaki ke
arah luar tubuh sehingga sisi lateral telapak kaki terangkat (kombinasi pronasi
dan abduksi).
2. Otot
sinergis adalah otot yang saling mendukung kerja satu sama lain, sehingga
menghasilkan gerakan satu arah. Contohnya otot pronator teres dan otot pronator
quardratus menyebabkan telapak tangan menengadah atau menelungkup, serta
otot-otot antartulang rusuk yang bekerja bersama-sama ketika menarik napas.
Video Mekanisme Kerja Otot
Sumber : https://youtu.be/mH9-PVZ8gPE
V.
GANGGUAN
SISTEM GERAK
A.
Gangguan
pada Tulang
1. Fruktur
adalah patah tulang, terjadi ketika jika tenaga yang melawan tulang lebih besar
daripada kekuatan tulang.
2.
Gangguan
tulang belakang
a. Kifosis
adalah bentuk tulang belakang melengkung kea rah luar tubuh atau ke belakang
yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok.
b. Lordosis
adalah tulang belakang bagian lumbar (pinggang) melengkung ke arah dalam tubuh
atau ke depan.
c. Scoliosis
adalah tulang belakang melengkung ke samping kiri atau ke samping kanan yang
membuat penderita bungkuk ke samping.
d. Sublubrikasi
adalah kelainan pada tulang belakang bagian leher yang menyebabkan kepala
berubah ke arah kiri atau kanan.
3.
Gangguan
fisiologis tulang
a. Osteoporosis
adalah tulang rapuh, keropos dan mudah patah.
b. Rakitis
adalah pelunakan tulang pada anak-anak karena kekurangan atau gangguan metabolisme
vitamin D, magnesium, fosfor, dan kalsium.
c. Mikrosefalus
adalah kelainan pertumbuhan tengkorak sehingga kepala berukuran lebih kecil
dari ukuran normal.
d. Hidrosefalus
(kepala air) adalah gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro
spinal) yang menyebabkan pelebaran rongga tempurung otak, sehingga kepala
membesar.
e. Layu
(semu) tulang tidak bertenaga akibat infeksi, misalnya infeksi sifilis.
B.
Gangguan
pada Sendi
1. Terkilir
atau keseleo (sprain) adalah gangguan sendi akibat gerakan yang tidak biasa,
dipaksakan, atau bergerak secara tiba-tiba. Terkilir dapat menyebabkan memar,
bengkak, dan rasa sakit.
2. Dislokasi
adalah pergeseran tulang penyusun sendi dari posisi normal.
3. Osteoarthritis
adalah kerusakan dan keausan tulang rawan yang berfungsi sebagai bantalan pada
sendi.
4. Anikilosis
adalah sendi tidak dapat digerakkan dan ujung-ujung antartulang terasa bersatu.
5. Urat
sendi adalah robeknya selaput sendi yang diikuti oleh terlepasnya ujung tulang
sendi.
6. Artritis
adalah peradangan pada sendi, yang disertai bengkak, kaku, keterbatasan
bergerak, dan rasa sakit.
C.
Gangguan
pada Otot
1. Hipertrofi
adalah gangguan akibat otot yang berkembang menjadi lebih besar.
2. Atrofi
adalah gangguan akibat otot yang mengecil.
3. Distrofi
otot adalah penurunan kemampuan otot karena kelainan genetic.
4. Tetanus
adalah penyakit kejang otot.
5. Kram
adalah keadaan saat otot tiba-tiba terasa tegang, sulit digerakkan dan disertai
rasa nyeri.
6. Miastenia
gravis adalah ketidakmampuan otot berkontraksi sehingga penderita mengalami
kelumpuhan.
7. Otot
robek adalah robeknya serabut otot yang berakibat bengkak, rasa nyeri dan
pendarahan.
8. Otot
terkilir (strain) adalah robeknya otot bagian tendon karena terenggang melebihi
batas normal.
IV.
TEKNOLOGI
SISTEM GERAK
·
Peneymbuhan patah tulang
1. Pemasangan
gips, yaitu bahan kapur yang diletakkan di sekitar tulang yang patah.
2. Pembidaian,
yaitu dengan menempatkan benda keras di sekeliling tulang yang patah.
3. Pembedahan
internal, yaitu pembedahan untuk menempatkan batang logam atau piringan pada
tulang yang patah.
4. Penarikan
(traksi), yaitu menggunakan beban untuk menahan anggota gerak yang mengalami
deformitas dan mempercepat penyembuhan.
·
Penyembuhan kanker/ tumor tulang
1. Kemoterapi,
biasanya menggunakan obat-obatan yang sangat kuat untuk mencoba membunuh sel
kanker.
2. Radioterapi,
yaitu pengobatan kanker dengan menggunakan sinar radioaktif seperti sinar X, electron,
sinar gamma, atau partikel lain.
3. Operasi,
bertujuan untuk menghilangkan tumor local pada tulang.
·
Penggantian sendi
·
Transplantasi sumsum
·
Penanggulangan skioliosis kongenitalis
·
Implant
·
Tangan bionic
·
Kaki bionic
·
Kursi roda
·
Penanggulangan kaki O
·
Vikosuplementasi
DAFTAR PUSTAKA
Irmaningtyas. 2013. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Erlangga
DAFTAR PUSTAKA
Irmaningtyas. 2013. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Erlangga
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan Kami Kritik dan Saran yang membangun, bukan hanya cacian